Terapi antithrombotik pada pasien Chronic Kidney Disease

Jurnal Circulation 2012 membahas mengenai antithrombotik terapi pada pasien dengan CKD. Antithrombotik yang dibahas mengenai antiplatelet dan juga antikoagulan. Disebutkan bahwa pasien dengan CKD dapat mengalami disfungsi platelet dan abnormalitas enzim yang dibutuhkan pada kaskade koagulasi. Hal inilah yang menyebabkan pasien dengan CKD dapat memiliki 2 hal yang sangat berbeda, terjadi perdarahan dan sebaliknya terjadi kondisi thrombosis.

Pembagian stage untuk CKD dalam jurnal tersebut menurut National Kidney Federation yang membagi dalam 5 stage berdasarkan Glomerular Filtration Ratenya.

Secara praktis, sspirin sebagai selektif dan irreversibel asetilasi COX-1, bekerja dengan memblok pembentukan thromboxane A2 pada platelet. Aspirin secara utama mengalami eliminasi di hepar, dan hanya sedikit tereskresi dalam urine. Vasodilatasi karena prostaglandin merupakan hal yang penting dalam pemeliharaan renal blood flow pada pasien dengan CKD. Dengan menghambat sintesis prostaglandin di ginjal, aspirin akan menimbulkan penurunan fungsi renal. Sehingga aspirin sebaiknya jangan diberikan pada pasien dengan gagal ginjal yang berat. Aspirin dosis rendah (kurang dari 100mg) masih dapat digunakan pada pasien dengan coronary artery disease sebagai primary prevention walaupun pasien mengalami gangguan ginjal yang berat.

Golongan antiplatelet lain seperti thienopyridine (contohnya: clopidogrel, prasugrel ) dan ticargrelor merupakan adp reseptor P2Y12 secara irreversibel dan reversibel. Penelitian pada stage 4 dan 5 CKD masih jarang. Pemberian Clopidogrel harus sangat hati-hati pada pasien dengan CKD.

Di jurnal tersebut juga dibahas efek terhadap antikoagulan. Silahkan membaca sendiri :)

Komentar

Postingan Populer