Terapi nonfarmakologis stroke

Terapi non farmakologi untuk stroke terus mengalami  kemajuan. Bermacam bentuk terapi tersebut dilaporkan jurnal Progress in Neurobiology tahun 2014. 

Yang pertama dibahas berupa hipotermi. Konsep terapi hipotermi berdasar phenomena hibernasi pada mamalia, bahwa penurunan suhu ada kaitan dengan penurunan metabolism. Pada kasus kardivaskular, efisiensi dan keamanan hipotermi telah terbukti. Bahkan AHA telah merekomendasikan hipotermi pada kasus paska fibrilasi atrial. Namun pada kasus stroke, masih dieksplorasi.

Cara untuk menginduksi hipotermi dapat berupa fisik maupun farmakologis. Secara fisik misalnya melalui pendinginan langsung permukaan tubuh (menggunakan es, alcohol, selimut dingin, hingga helm). Ada juga penggunaan pendinginan via nasopharing, dengan dasar bahwa pendinginan langsung dekat otak akan langsung mendinginkan pembuluh darah pensuplai otak. Namun itu masih terbatas khusus regio basal lobus frontal.

Cara lain, melalui pendinginan endovascular. Diberikan intraarteri infus cairan dingin (seperti saline) langsung pada arteri yang mengalami iskemik.

Atau dapat juga dengan intravena, melalui vena cava inferior. Penelitiannya misal ICTuS-L, yang meneliti kombinasi hipotermi dengan trombolisis intravena.

Terapi non farmakologi lainnya seperti  akupunktur, terapi gas, laser, hingga eksercise. Terapi gas yang telah diteliti  misal oksigen, nitrous oxide, karbon monoksida, hingga hydrogen sulfide. Tentu semua itu juga perlu evalusi berdasar prinsip efikasi dan keamanan pasien.

Wallahu a’lam

  

Komentar

Postingan Populer