Sedikit tentang Heparin

Heparin adalah glikosaminoglikan yang biasanya diperoleh dari sumber babi atau sapi. Berat molekul berkisar dari 5000 sampai 30.000 dalton (d). Heparin biasanya diberikan subkutan atau intravena. Suatu bentuk heparin yang dapat diberikan secara oral sedang dikembangkan. Formulasi heparin tersebut diharapkan akan melalui epitel pencernaan. Karena berisiko tinggi terjadi perdarahan lokal pada tempat suntikan, heparin tidak diberikan intramuskuler. Efek antitrombotik heparin akan segera terjadi jika diberikan secara bolus intravena diikuti dengan infus pemeliharaan intravena. Jika diberikan subkutan akan terjadi jeda efek teraupetik yang tidak akan segera terjadi dalam 24 jam pertama.

Heparin mengikat protein plasma, platelet dan endotel. Perbedaan dalam kadar protein mungkin dapat menjelaskan terjadinya variasi respon klinis pada pasien. Heparin mengikat dan mengubah bentuk antithrombin, yang pada gilirannya meningkatkan kemampuan antithrombin untuk menonaktifkan trombin, faktor Xa, dan faktor IXa. Heparin terikat pada terminal amino dari molekul antithrombin, yang menyebabkan perubahan bentuk dalam antithrombin tersebut. Perubahan ini meningkatkan kemampuan antithrombin untuk menonaktifkan trombin dengan rasio 1000 menjadi 4000 kali.

Heparin juga mencegah pembentukan fibrin melalui penghambatan atas trombin yang menginduksi aktivasi platelet dan juga faktor V dan VIII. Heparin tidak mempengaruhi faktor Xa sudah terikat trombosit.

Heparin juga menginaktivasi trombin melalui heparin kofaktor II, yang terjadi jika heparin berada pada konsentrasi tinggi.

Pengikatan heparin pada faktor von Willebrand juga dapat mempengaruhi fungsi trombosit.

Heparin dapat terikat pada makrofag dan sel endotel. Ikatan ini menyebabkannya mudah larut sehingga berkaitan dengan pembersihannya dari peredaran darah.

Activated partial thromboplastin time (aPTT) adalah tes yang paling banyak digunakan untuk memantau antitrombotik efek heparin. Tes ini mengukur penghambatan trombin, faktor Xa, dan IXa. Tingkat optimal antikoagulasi terjadi bila kadarnya sekitar 1,5 kali nilai kontrol. Tes aPTT memiliki sejumah keterbatasan. Variabilitas reagensia antar lembaga dapat menyebabkan hasil aPTT berbeda-beda. Pasien sindrom antifosfolipid lupus antikoagulan-antibodi sering memiliki nilai aPTT yang tinggi. Sehingga pemantauan terapi heparin dengan tes ini mungkin bermasalah. Cara alternatif untuk menilai aktivitas heparin meliputi pengukuran penghambatan faktor Xa atau mengukur kadar heparin melalui netralisasi dengan sulfat protamine. Tingkat terapeutik hepari untuk mencapai penghambatan faktor Xa adalah 0,3-0,7 U / mL. Tes ini belum tersedia secara luas dan mungkin lebih sulit dilakukan dibandingkan pengukuran aPTT.

Jika pasien mengalami perdarahan, heparin harus dihentikan. Protamine sulfat perlu segera diberikan. Dosis protamin berdasar pada waktu paruh heparin sekitar 60 menit. Disebutkan bahwa dosis obat penawar sesuai dengan jumlah heparin yang telah diberikan dalam 90 menit sebelumnya. Sekitar 1 mg sulfat protamine dapat meniadakan efek dari 100 unit heparin. Pemberian intravena protamine sulfat harus secara perlahan (selama setidaknya 10 menit) karena dapat menyebabkan hipotensi. Syok anafilaksis juga dapat mempersulit pemberian protamine.

Trombositopenia merupakan komplikasi potensial dari pengobatan dengan heparin. Penurunan sederhana dalam jumlah trombosit dapat muncul pada hingga 80% pasien yang menerima heparin selama lebih dari 3 hari . Heparin-induced trombositopenia (HIT) bila terjadi penurunan jumlah platelet lebih dari 50% atau didapatkan lesi kulit pada tempat injeksi heparin dan didapatkan adanya antibodi HIT.

Perdarahan juga merupakan komplikasi potensial yang dapat terjadi pada pemakaian LMWH atau danaparoid. Lamanya kerja secara farmakologis dari LMWH merupakan kerugian jika terjadi pendarahan serius. Faktor pembekuan dapat diberikan kepada pasien yang mengalami perdarahan. Sulfat protamine tidak efektif sebagai penangkal.

Komentar

Postingan Populer