Mengajar dengan murah...
Mau membagi ilmupun sekarang menarik bayaran mahal. Sering kita baca poster seminar mengatasnamakan update pengetahuan dijual dengan biaya tinggi. Mengajar ilmu telah menjadi wadah mencari rupiah. Biaya pendidikan mahal seakan menjadi pembenar. Para "pengajar" beralasan bahwa untuk menjadi "pengajar" mereka menghabiskan biaya banyak dan jerih payahnya perlu di"hargai". Alasan lain, dibutuhkan sarana mahal untuk mengadakan "update" ilmu supaya ilmu mudah diserap. Mengundang pakar dari tempat jauh juga butuh tiket transport mahal. Ruangan hotel mewah, menu coffee break dan lunch, hingga penguasaan teknologi presentasi,sewa Event Organizer, wuiih...
ahh, jadi ingat shubuhan di sebuah masjid di Malang. Masjid perumahan dengan bangunan sederhana. Kanan kiri tampak semacam kamar-kamar. Mungkin semacam ruang takmir. Papan pengumuman penuh jadwal kajian. Yang menarik, jamaahnya penuh tiap akhir pekan. Berbagai usia mulai anak hingga tua rela datang. Rupanya tiap akhir pekan, rutinitas kajian menarik minat jamaah. Mereka antusias update ilmu. Ilmu yang tidak hanya keduniawiaan namun juga bermanfaat untuk akhiratnya. Pengisi agenda pagi ini seorang mufti masjidilharam. Beliau menyempatkan mampir menjelang agenda mengisi kajian di salah satu masjid besar di Malang. Dari wajahnya tampak masih muda, pakaiannya putih sederhana, tutur kata santun. Para peserta pagi itu tidak dipungut biaya bahkan menjelang berakhir kajian, panitia mempersilahkan jamaah sarapan pagi dan minum teh.
buka internet, nyambung ke Indonesia mengajarnya Anies Baswedan.
Sebuah ide mengajar pemuda-pemuda berprestai untuk membagi ilmu. Ilmu diajarkan kepada orang lain dengan menempatkan pengajar muda ke pelosok Indonesia. Diharapkan mereka dapat mengetahui kondisi asli Indonesia dengan mendapat pengalaman mengajar yang tidak akan terlupakan.
Komentar