PASIEN “STROKE”


Rupanya masyarakat umum sudah mengenal stroke sebagai masalah besar dibidang kesehatan, terkait dengan angka kematian dan kecacatannya yang tinggi. Yang khas, gejala stroke terjadinya secara mendadak.

Malam itu di IRD saraf datang seorang pasien wanita diantar suaminya. Kata si suami,” Dok tolong istri saya mulutnya merot, mendadak, tidak bisa bicara. Istri saya kena stroke, dok.” Katanya sambil menunjuk mulut istrinya yang merot, tidak bisa menutup, dan hanya keluar kata-kata tidak jelas. Dokter jaga saraf waktu itu sedang ada konsulan. DM jaga saraf yang menerima, dengan sigap langsung bertanya,”Apa ada muntah, bu? Pingsan? lumpuh separuh? Rasa tebal separuh? Kejang? punya diabetes? hipertensi?”. Pasien menjawab dengan geleng-geleng kepala sambil menunjuk-nunjuk rahangnya.

Si DM masih terus melanjutkan pertanyaan,” Tadi waktu apa serangannya? Waktu bangun tidur? Waktu bekerja?”. Pertanyaan yang diajukan untuk membedakan jenis stroke, stroke perdarahan ataukah stroke pembuntuan (iskemik). Namun, tetap, jawaban si ibu hanya geleng-geleng… dan menunjuk rahangnya

Si DM bingung, pikirnya ibu ini kok geleng-geleng saja. Akhirnya tanya ke suaminya,” Pak, tadi merotnya pas apa?”. Jawab si suami,” Malam ini waktu mau tidur, istri saya angop..angop… uombo (menguap..menguap lebar) terus bunyi Klek..langsung merot, tidak bisa kembali. Langsung saya bawa kesini. Stroke kan? Gimana strokenya? Parah? Bisa sembuh???”

Glodaak…

Ternyata, wajah merot pasien tersebut bukan akibat STROKE akibat gangguan pembuluh darah otak, namun dislokasi rahang karena menguap terlalu lebar. Akhirnya dengan bantuan ppds bedah, rahang dapat dikembalikan dengan reposisi.

Kasus ini bukan STROKE atau serangan otak, tetapi cocoknya “STROKE” alias “SETelan e Rahang ROdo KEndho”…gara-gara angop.

Komentar

Postingan Populer